LAMANDAU, iNewsKobar.id - Kemarau panjang tahun ini membuat sungai-sungai di Lamandau surut. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kekeringan. Ada yang melakukan salat meminta hujan (istisqa), adapula upaya membuat hujan buatan.
Namun masyarakat Dayak di Kalimantan punya cara sendiri untuk meminta hujan, yakni melalui ritual nuba baadat. Tradisi ini masih dilestarikan, dan biasanya hanya dilakukan saat musim kemarau panjang.
Nuba merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang atau leluhur dari Suku Dayak, yakni berupa kegiatan meracuni ikan menggunakan getah akar tuba yang dilaksanakan di sungai yang mengering secara beramai-ramai.
“Tradisi menuba ini memang tujuan utamanya untuk memanggil hujan, namun tersirat makna atau bentuk gotong royong dan kerja sama di antara masyarakat Suku Dayak,” ungkap Ketua Dewan Adat Dayak Lamandau Hendra Lesmana di Nanga Bulik, Sabtu, 14 Oktober 2023.
Seperti isi surat pemberitahuan ritual nuba beadat dari Desa Nanga Palikodan yang beredar. Mereka mengundang desa-desa sekitar untuk ikut serta. Dengan ketentuan menyumbang 500 akar tuba, 5 liter tuak, urunan satu belanga Rp 250 ribu dan kakarau.
Biasanya masyarakat akan menuju ke hutan belantara untuk mencari akar tuba. Setelah berhasil ditemukan dan dikumpulkan, semua akar tuba akan ditumpuk di hulu sungai beralaskan batu/kayu. Getah tuba ini merupakan racun alami yang dapat membuat ikan-ikan di sungai menjadi mabuk sehingga mudah ditangkap. “Menuba adat ini hanya bisa dilakukan dan dipimpin oleh tetua adat. Jadi tidak sembarangan,” ungkapnya.
Selanjutnya, dalam waktu kurang lebih setengah jam, berbagai jenis ikan akan bermunculan karena terkena racun alami tersebut. Sementara ratusan masyarakat sudah menunggu di hilir sungai untuk menangkap ikan yang keracunan tersebut.
Mereka menangkap menggunakan alat tangkap ikan tradisional seperti tombak dan jaring. Bahkan ada juga yang menangkap ikan dengan tangan kosong. Ritual ini sangat seru ketika semua warga yang mengikuti ritual ini berebut dan mendapatkan ikan secara gratis di sungai. Semua masyarakat akan meluapkan perasaan suka citanya setelah ritual nuba ikan ini selesai.
Editor : Sigit Pamungkas