Praktik Bongkar Muat Barang di Tepi Jalan Anggota Dewan Minta Dishub Tegas

KOTAWARINGIN BARAT, iNewsKobar.id - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Abdul Rohman menyoroti maraknya aktivitas bongkar muat barang oleh truk fuso di tepi jalan dalam wilayah kota Pangkalan Bun.
Politisi dari Partai Demokrat tersebut menyayangkan minimnya pemanfaatan Area Bongkar Muat Daerah (Abon Muda) yang telah difasilitasi pemerintah daerah.
Ia menilai, meski sudah tersedia lokasi resmi, para pengusaha ekspedisi dan pengemudi truk masih memilih bongkar muat di sembarang tempat, seperti di Jalan Pasir Panjang dan Jalan Pramuka.
“Area Bongkar Muat Daerah nyaris tidak pernah digunakan, padahal Pemda sudah menfasilitasi. Justru truk-truk fuso ini bongkar muat di lokasi ekspedisi yang berada di tepi jalan,” ujar Abdul Rohman, Rabu 14 Mei 2025.
Ia mengungkapkan, truk-truk tersebut mayoritas berasal dari luar pulau dan kerap melintas serta berhenti di kawasan dalam kota. Hal ini berdampak pada kemacetan dan kerusakan infrastruktur jalan, terutama karena tonase truk yang melebihi kapasitas.
“Truk fuso ini sering masuk kota, dengan tonase yang berat. Ini jelas jadi salah satu penyebab jalan cepat rusak,” lanjutnya.
Anggota Komisi C DPRD Kobar ini pun meminta, agar pemerintah daerah melalui instansi terkait bisa lebih tegas dalam menegakkan aturan.
Menurutnya, jika area bongkar muat dimanfaatkan secara maksimal, maka tidak hanya ketertiban lalu lintas yang terjaga, tetapi juga bisa memberikan pemasukan bagi kas daerah.
“Jadi, dalam satu minggu itu ada 4 kapal yang membawa masing-masing 15 fuso dari Surabaya ke Pangkalan Bun. Itu sudah 60 fuso dalam seminggu. Belum lagi yang dari Semarang. Kalau tiap truk dikenakan tarif bongkar muat Rp100 ribu saja, maka ada potensi pemasukan Rp6 juta per minggu,” ujarnya.
Ia menambahkan, Area Bongkar Muat Daerah atau Abon Muda yang berada di Jalan Langlang Buana, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, sebenarnya telah disiapkan dengan cukup memadai. Lahan seluas kurang lebih 7 hektare tersebut masih belum digunakan secara optimal.
Editor : Sigit Pamungkas