JAKARTA, iNews.id - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengungkapkan frekuensi gempa secara global meningkat. Mayoritas gempa dangkal, sehingga dampaknya lebih terasa dibandingkan gempa dalam. Kekuatan gempa di atas magnitudo (M) 6 juga mengalami peningkatan.
“Kita lihat dari aspek tektonik data atau informasi ini bersumber pada pada Advanced National Seismic System Composite Catalog yang menunjukkan tren kenaikan kejadian gempa bumi secara rata-rata untuk tiap harinya, setiap harinya,” ujar Dwikorita dalam keterangannya dikutip dari laman media sosial resmi BMKG, Minggu (5/6/2022).
Dwikorita mengatakan, data sejak tahun 1973 sampai 2017 terlihat menunjukkan tren yang eksponensial peningkatan kejadian seismik setiap harinya. “Nah, kemudian grafik merah ini memperlihatkan tren peningkatan riil kejadian sismik, data ini masih terbatas sampai tahun 2006, memang trennya semakin meningkat,” katanya.
“Terlihat bahwa mayoritas kejadian gempa-gempa di dunia ini adalah dampak gempa dangkal, yang tentunya dampaknya dapat makin lebih terasa dibandingkan gempa dalam. Dan juga terlihat semakin meningkat jumlah yang (kekuatannya) lebih 6 ataupun lebih,” ujarnya.
Lalu, bagaimana perkembangan atau tren kegempaan yang ada di Indonesia? “Ini juga menunjukkan data hingga tahun 2021, bahwa peningkatan aktivitas seismik tidak terkait dengan penambahan pemasangan sensor,” kata Dwikorita.
Dwikorita mengatakan, hingga tahun 2018, sensor-sensor gempa di Indonesia tidak ada penambahan. “Tidak ada peningkatan, jumlahnya hanya 176, dan itu sudah mencatat rata-rata jumlah gempa setiap tahunnya saat itu adalah sekitar 5.000 hingga 6.000 per tahun kejadiannya sampai tahun 2016 itu 5.000 sampai 6.000,” tuturnya.
Namun, di tahun 2017 dengan kondisi peralatan tetap, kegempaan di Indonesia juga meningkat menjadi 7.169. “Bahkan, di 2018 melompat menjadi 11.920 kali. Dan saat ini mulai tahun 2020 itu baru terjadi penambahan peralatan, tapi 2019 itu belum ada penambahan peralatan trennya masih 11.000 lebih,” kata Dwikorita.
“Nah, nampaknya tahun 2020 sedikit menurun, namun tetap di atas angka 6.000, jadi tetap di atas rata-rata tahunan dengan magnitudo yang bervariasi, yang dirasakan sekitar 230 yang dirasakan. Jadi, kalau ribuan itu yang lain tidak dirasakan, namun yang dirasakan sekitar 230-an. Artinya, rata-rata setiap hari ada 1 gempa yang dirasakan,” ujarnya.
Editor : Sigit Pamungkas