KOTAWARINGIN BARAT, iNews.id - Segudang prestasi dan keberhasilan telah ditorehkan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dalam berbagai operasi penugasan Pasukan Korps Baret Merah sejak pembentukannya pada 1952 silam. Salah satu kisahnya sewaktu Pasukan Korps Baret merah ini membuat tentara Gurkha lari tunggang langgang di hutan Kalimantan atau Borneo pada Operasi Dwikora awal 1960-an.
Kala itu Kopassus masih bernama RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat). Pasukan Baret Merah ini berhadapan dengan tentaran bayaran asal Nepal tersebut terkait konfrontasi dengan Malaysia.
Mantan Komandan Batalyon 21 Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Solo Kolonel (Inf) Muhammad Aidi membenarkan adanya kisah heroik mengenai pertempuran pasukan RPKAD dengan Prajurit Gurkha yang terkenal sadis di lokasi dekat Betung Kerihun.
"Ya saya sempat membaca literatur di Museum Gurkha di Inggris soal pertempuran antara pasukan Baret Merah Indonesia (RPKAD) dengan Pasukan Gurkha yang merupakan tentara bayaran asal Nepal di sekitar Betung Kerihun tersebut," kata mantan Asisten Intel Kopassus ini.
Menurut M Aidi, dirinya saat menjabat sebagai Komandan Batalyon 21 Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Solo ikut dalam Ekspedisi Khatulistiwa beberapa tahun lalu.
"Waktu itu saat saya berpangkat Letkol dan menjabat Danyon 21 dan ikut dalam Ekspedisi Khatulistiwa di Pedalaman Kalbar sempat mendengar kisah-kisah heroik dari para tokoh Dayak Iban tentang keberhasilan Pasukan RPKAD memukul mundur pasukan Gurkha ke perbatasan Malaysia. Pak LB Moerdani (Mantan Panglima ABRI) memang dulu sempat diterjunkan di perbatasan Malaysia," kata M Aidi Nubic.
M Aidi mengatakan, waktu tahu dirinya merupakan salah satu anggota Pasukan Barat Merah (Kopassus) sejumlah tetua adat Dayak Iban langsung menceritakan kisah-kisah heroik mengenai pasukan RPKAD yang kala itu dapat membuat pasukan Gurkha lari tunggang langgang.
"Karena ada dari para tetua adat yang saat itu masih belia, ikut terjun membantu Pasukan Baret Merah dalam mencari jejak dan memandu pasukan memasuki perbatasan Malaysia," kata dia beberapa waktu lalu.
Salah satu yang diceritakan tetua Suku Dayak Iban di Kalimantan adalah keterkejutan Tentara Gurkha ketika menghadapi serangan tiba-tiba dari RPKAD yang muncul dari semak-semak dan pohon.
Padahal saat itu banyak Tentara Gurkha yang dikerahkan. Namun, karena kerja sama yang dilakukan RPKAD dengan warga Suku Dayak Iban, pasukan Gurkha dapat dipukul mundur.
Muhammad Aidi mengatakan, pasukan RPKAD saat itu berhadapan dengan pasukan Gurkha yang terkenal dengan kesadisannya. Tak heran jika peristiwa itu disebut sebagai salah satu pertempuran Kopassus paling brutal.
"Padahal saat konfrontasi dengan Malaysia memang Pasukan Gurkha dikerahkan dalam jumlah yang cukup banyak. Ya jumlahnya tidak sebanding dengan Pasukan Korps Baret Merah yang diterjunkan kesana. Namun karena dibantu warga Suku Dayak Iban dan Panglima Burung, Pasukan Gurkha dapat diusir hingga kembali ke Malaysia," katanya.
Dari berbagai keterangan dan literatur juga disebutkan adanya pertempuran antara Pasukan Elite Korps Baret Merah ini dan dengan Pasukan Special Air Service (SAS) di Desa Mapu, Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia.
Dalam pertempuran tersebut pasukan RPKAD mampu menewaskan personel SAS saat menyerbu Pos Pasukan Inggris tersebut di Mapu. Pertempuran ini tentunya menambah kisah heroik pasukan Korps Baret Merah di medan Operasi Dwikora dalam konfrontasi dengan Malaysia.
Editor : Suriya Mohamad Said
Artikel Terkait